Kehidupan pribadi
Michael Schumacher, lahir tanggal 3 Januari 1969 di Hürth, Nordrhein-Westfalen, Jerman, merupakan putra pertama dari pasangan Rolf Schumacher dan Elizabeth. Ayahnya, Rolf merupakan seorang marshall disebuah trek gokart di Kerpen. Dari sinilah ketertarikan Schumi terhadap dunia balap tumbuh, dan dari sinilah kelak, seorang anak ingusan tumbuh besar menjadi salah satu tokoh dunia paling disegani yang tercermin dari masuknya ia dalam urutan "Top 100" majalah Forbes dua kali, yaitu urutan ke-15 edisi "Selebriti Berpengaruh di Abad 20" (terbit: 2001) dan urutan ke-17 "The Power of Celebrity 100" (terbit: 2005).
Pada tahun 1975, lahirlah sang adik yang kemudian dinamai Ralf Schumacher. Saat itu Schumi juga suka bermain sepak bola. Kebetulan markas FC Köln tidak jauh dari kediaman Schumi dan Ralf, sehingga kakak beradik ini mendapatkan pelajaran sepak bola dari kiper tim nasional Jerman sekaligus kiper utama FC Koln saat itu, Toni Schumacher. Sewaktu kecil, Schumi lebih banyak bermain sebagai kiper di tim sepak bola lokal daerahnya, dan kemudian lama-kelamaan ia beralih menjadi seorang striker. Saat ini, ia juga masih sering bermain sepak bola. Bersama beberapa pesepakbola professional seperti Ronaldo, Zinedine Zidane, Pavel Nedved, dan Alessandro Del Piero, Schumi sempat mengadakan pertandingan amal, dengan tim yang diisi para atlet seperti Boris Becker, Roger Federer, dan Valentino Rossi. Turun sebagai pelatih dalam pertandingan amal tersebut adalah bos Schumi di Ferrari, Jean Todt sebagai pelatih tim atlet Schumi (dengan bimbingan langsung dari pelatih Juventus saat itu Marcello Lippi), dan Pele sebagai pelatih untuk tim pesepakbola professional.Selain itu, Schumi dan Rubens Barrichello juga pernah hadir di final Liga Champions musim 2002-03 antara AC Milan vs. Juventus di stadion Old Trafford, Manchester, Inggris. Dan mereka berdua mendukung Juventus sebagai salah satu anak perusahaan FIAT yang juga membawahi tim Ferrari, sayangnya Juve kalah via adu penalti.
Pada usia 9 tahun, Michael mulai turun di kejuaraan gokart lokal. Lalu pada usia 16 tahun, di kala ia masih duduk di bangku sekolah, Schumi kerap membantu adiknya dalam balapan gokart. Kala itu, Schumi menjadi mekanik dari gokart yang ditunggangi oleh adiknya. Schumi pun lantas sempat mencoba bangku kuliah di sela-sela karier balapnya, namun impiannya menjadi seorang sarjana pupus setelah ia memutuskan untuk berkonsentrasi di arena balap. Dan siapa yang menyangka bahwa dari sinilah kelak nama Michael Schumacher akan di kenal luas oleh dunia.
Schumi adalah seorang penyayang binatang. Ia mempunyai lima ekor anjing di rumahnya. Salah satunya merupakan anjing pungut, yang ia ambil dari Brazil, ketika berlangsungnya GP Brazil tahun 1997. Dan kini, anjing yang beri ia nama "Flo" tersebut masih tetap setia tinggal bersama Schumi di Swiss. Nama "Flo" merupakan plesetan dari kata bahasa Jerman, "Flea", yang berarti kutu, dan memang di tubuh Flo saat pertama kali ia pungut, dipenuhi oleh banyak kutu. Selain anjing, Schumi juga memiliki seekor kura-kura. Kura-kura tersebut adalah pemberian Mika Hakkinen, yang merupakan seorang pecinta kura-kura. Oleh Schumi, kura-kura tersebut kemudian diberi logo sponsor pribadinya, Deutsche Vermogensberatung, supaya mudah ditemukan bila ia hilang.
Schumi menikah dengan Corrina pada pertengahan 1995, dan mempunyai dua anak, Gina Maria (lahir tahun 1997) dan Mick (lahir tahun 1999). Sebelumnya, Corrina adalah mantan pacar dari Heinz-Harald Frentzen. Pasangan ini sempat menetap di Monaco, namun Schumi lebih memilih untuk mengasingkan keluarganya dari dunia selebritis, hingga akhirnya ia memilih untuk menetap di Swiss bertetangga dengan Felipe Massa dan Jean Alesi.
Untuk urusan musik, Schumi adalah fans dari band Red Hot Chili Peppers. Lagu favoritnya adalah "By the Way", ia menganggap bahwa beberapa bait lirik dari lagu itu mempunyai pengertian yang mendalam bagi hatinya. Di luar balap mobil, Schumi juga adalah seorang penggemar sepeda motor, bahkan dia lebih senang mengendarai motor saat datang dari hotel ke sirkuit. Teman dekatnya dari ajang balap motor adalah Michael Doohan, Valentino Rossi, dan Casey Stoner.
Sponsorship
Schumi, sejak awal kariernya telah mempunyai beberapa sponsor pribadi. Pertama saat ia turun di Sportscar, ia di dukung penuh oleh Mercedes-Benz. Hal ini sempat menjadi pertimbangan bagi Ron Dennis saat akan merekrutnya di akhir 1995, ketika tim McLaren berkerjasama dengan pabrikan Mercedes-Benz. Namun karena gaji Schumi yang terlalu mahal, akhirnya Ron memutuskan untuk tidak merekrut Schumi.
Sejak 1996 Deutsche Vermogensberatung resmi menjadi sponsor Schumi. Awalnya sponsor tersebut memajang namanya di helm dengan nama "DVAG". Namun mereka kemudian memutuskan untuk menulis nama sponsorshipnya secara lengkap, karena takut akan tersaru dengan sponsor Schumi sebelumnya yaitu DEKRA. Mulai 1998 Deutsche Vermogensberatung memindahkan tempat sponsorshipnya dari helm ke topi. Sponsorship ini masih bertahan hingga saat ini.[Selain Deutsche Vermogensberatung, produsen jam tangan Omega juga menjadi salah satu sponsor Schumi. Selain Schumi, Omega juga memakai dua bintang serial waralaba James Bond 007, yaitu Pierce Brosnan dan kini Daniel Craig sebagai duta mereka. Omega menjadi sponsor pribadi Schumi sampai akhir tahun 2009. Sponsor lainnya yang juga memakai Schumi sebagai bintang iklannya adalah produsen kosmetik Loreal. Untuk sponsorship yang satu ini, Schumi sempat keki saat suaranya yang diucapkan dalam bahasa Jerman disulih kedalam bahasa Inggris, dan hal ini kemudian membuat pihak Loreal memutuskan bahwa untuk Schumi akan ada pengecualian khusus, yaitu suara yang dipakai dalam iklannya akan memakai suara asli Schumi, dan tidak akan disulihkan kedalam bahasa Inggris.[23]
Untuk kegiatan amal, Schumi diangkat menjadi duta UNESCO sejak 1995.[24] Tugasnya di UNESCO adalah membantu pengembangan pendidikan masyarakat di beberapa negara tertinggal.
Awal karier
Michael Schumacher memulai karier balapnya saat usia 7 tahun. Dikarenakan pihak otoritas Jerman hanya memberikan SIM balapan jika seseorang sudah berusia 14 tahun, Schumi kemudian berpindah tempat ke Luxemburg pada tahun 1981, dan ia berhasil mendapatkan SIM balapan resmi untuk pertama kalinya.Kemudian pada 1984, Schumi akhirnya berhasil mendapatkan SIM balapan dari Jerman setelah ia memenangi Kejuaraan Kart Junior Jerman. Ia lantas bergabung dengan Eurokart yang dimiliki Adolf Neubert tahun 1985. Pada 1986, Schumi memenangi dua kejuaraan gokart sekaligus, yaitu Kejuaraan Nasional Jerman, dan Kejuaraan Gokart Eropa. Schumi bertahan di ajang gokart sampai akhir tahun 1987.
Karier single seater pertana Schumi setelah gokart adalah pada ajang Formula Koenig pada tahun 1988, selain di Formula Koenig dimana ia berhasil menjadi juara umum di tahun pertamanya. Schumi belakangan juga turun di ajang Formula Ford 1600 dan Formula Ford Jerman di tahun yang sama.Hasil di Formula Ford 1600 adalah menjadi runner-up di belakang mantan pembalap Sauber dan Toyota, Mika Salo. Sementara di Formula Ford Jerman ia hanya mampu menduduki posisi 6 klasemen. Di akhir tahun Schumi juga turun di ajang F3 Macau Grand Prix, namun ia gagal finish dalam balapan pertamanya di ajang F3 Macau GP tersebut.
Pada tahun 1989, Schumi kemudian turun di seri Formula 3 Jerman, dengan bergabung dengan WTS Formula 3 Team milik Willi Weber. Hasil akhirnya cukup baik dimana ia berhasil finish di posisi ketiga klasemen, di bawah Heinz-Harald Frentzen dan Karl Wendlinger. Tahun berikutnya giliran Schumi yang naik menjadi juara umum di ajang F3 Jerman. Kemudian di akhir tahun, Schumi kembali lagi turun di ajang F3 Macau GP. Di sini ia kemudian bertemu dengan seorang pembalap yang kelak akan menjadi rival sekaligus teman baiknya, Mika Hakkinen. Benih-benih persaingan Schumi dan Hakkinen sudah mulai terlihat saat itu, dimana ketika lomba berlangsung, Schumi menjadi aktor utama atas insiden Mika yang saat itu menabrak dinding, dimana atas kejadian tersebut safety car keluar mengawal pembalap, dan turut membantu Schumi meraih gelar juara perdananya di ajang F3 Macau GP.
Schumi juga piawai di ajang Sportcar. Pada 1990 sembari ia membalap di F3 Jerman, ia masuk menjadi anggota tim Mercedes Junior di tim Sauber untuk turun di ajang World Sportscar Championship, dimana kemudian ia menjadi juara di Meksiko. Di tahun yang sama, ia juga memulai debutnya di ajang Formula 3000 Jepang, dan ia menduduki peringkat kedua di Sugo, Jepang.[Ia hanya turun satu balapan di ajang tersebut, karena ia kemudian dipanggil oleh Eddie Jordan untuk turun di ajang Formula 1.
Karier Formula Satu
1991: Jordan Grand Prix
Pada Agustus 1991, Schumi memulai debutnya di F1. Ia bergabung bersama tim Jordan di GP Belgia, menggantikan Bertrand Gachot yang sedang di hukum oleh kepolisian Inggris akibat ulahnya yang menyemprot seorang sopir taksi di London dengan gas CS. Eddie Jordan (EJ) berhasil mendapatkan Schumi yang saat itu masih bergabung bersama Mercedes-Benz, untuk bisa turun di F1, Eddie lantas membayar konpensasi kepada Mercy sebesar $150,000. Dalam debutnya, Schumi menempati grid ketujuh dalam kualifikasi, dan saat balapan ia berhasil melakukan start dengan gemilang, tetapi kemudian ia namun gagal menyelesaikan balapan akibat kerusakan kopling di akhir lap pertama.Itu merupakan satu-satunya balapan F1 Schumi bersama tim Jordan, sebelum akhirnya pindah ke tim Benetton.
1991—1995: Benetton Formula
Tahun pembelajaran
Dua minggu setelah debut yang mengesankan bersama tim Jordan, secara mengejutkan Flavio Briatore (dengan bantuan Bernie Ecclestone) menarik masuk Schumi ke tim Benetton. Sebenarnya, EJ tidak setuju dengan jalan yang ditempuh Flavio tersebut.[30] Namun niatnya untuk menuntut Benetton pupus setelah Bernie Ecclestone menawarkan jalan tengah, yaitu sebuah kontrak pasokan mesin gratis dari Yamaha untuk tim EJ di musim 1992. Flavio lantas secara kontroversial menggeser posisi Roberto Moreno ke kursi test driver, dan menggantikannya dengan Schumi. Schumi lantas mendapat banyak mendapat pelajaran berharga dari mantan juara dunia Nelson Piquet. Balapan perdananya bersama Benetton adalah di GP Italia, di balapan tersebut Schumi meraih poin perdananya di ajang F1, bahkan ia pun mengalahkan Nelson Piquet, baik di kualifikasi, maupun di race. Flavio kemudian berkomentar bahwa suatu saat nanti pembalap barunya ini akan menguasai dunia balap F1, "Kita tunggu saja waktunya", ujar Flavio waktu itu.
Tahun 1992, dirinya mampu menaiki podium sebanyak 8 kali, salah satunya adalah kemenangan pertamanya di GP Belgia dalam kondisi hujan deras, ia pun lantas mendapatkan julukan rain master oleh kalangan paddock berkat aksinya yang memukau di balapan tersebut. Di akhir musim, Schumi menempati peringkat ketiga klasemen pembalap dengan 53 poin.
Pada 1993, Schumi kembali menunjukkan bakatnya sebagai calon pembalap besar. Namun, di tahun itu Schumi hanya menang sekali di Portugal. Itupun setelah melalui perjuangan keras melawan duo Williams (Alain Prost dan Damon Hill). Posisi klasemen akhir Schumi adalah ke-4 dengan 52 poin.
Menjadi juara dunia
Pada 1994, tanda-tanda Schumi akan mendominasi musim mulai terlihat setelah ia memenangi tiga seri awal, yaitu di Brasil, Pasifik, dan San Marino. Dalam tiga balapan tersebut, saingan beratnya, Ayrton Senna mengalami beragam masalah. Dan yang paling parah adalah ketika di Imola, San Marino, saat Ayrton Senna tewas akibat kecelakaan.
Setelah kematian Senna, aksi brilian Schumi makin tak terbendung. Bahkan ia merebut pole pertamanya di Monaco, dengan mudah pula ia mengalahkan Mika Hakkinen yang duduk di posisi kedua saat kualifikasi. Lantas ia sempat dihukum larangan tampil di dua balapan, akibat insiden muslihat di GP Inggris kepada Damon Hill. Namun hal itupun tidak cukup untuk mengalahkan Schumi. Ia lantas mengalahkan Damon Hill dalam perebutan gelar juara dunia di akhir musim hanya dengan selisih satu poin, setelah sebelumnya mengalami insiden yang kontroversial di GP Australia, di Adelaide.Dengan hasil tersebut, Schumi akhirnya berhasil menjadi juara dunia untuk pertama kalinya, sekaligus pula menjadi gelar dunia pertama untuk tim Benetton.
Pada 1995, dengan dibantu mesin Renault yang sama seperti yang dipakai oleh tim Williams, Schumi mendominasi musim bersama rekan setimnya Johnny Herbert. Kemenangan terbaik Schumi diraih di GP Belgia, dimana ia dengan nekat melajukan mobilnya yang start dari posisi 16 menuju tangga kemenangan dengan memakai ban kering di tengah trek yang basah. Ia sempat bersenggolan dengan Damon Hill di tikungan Las Combes, namun malah Hill yang terkena penalty stop and go.
Momen unik Schumi di tahun 1995 adalah saat mobilnya mengalami masalah di GP Kanada. Sadar bahwa ia tidak akan menang, ia lantas memberi jalan kepada Jean Alesi untuk meraih kemenangan perdananya di Formula 1. Schumi kemudian membonceng Jean Alesi dalam selebrasi victory lap sebagai tanda bahwa ia ikut senang atas kemenangan pertama Jean Alesi. Kemenangan Alesi di GP Kanada 1995 tersebut kemudian menjadi satu-satunya kemenangan Alesi selama ia berkarier di ajang F1.
Setelah sembilan kali menang di musim 1995, Schumi merebut mahkota juara dunia untuk yang kedua kalinya ditahun tersebut. Dan dengan usianya yang baru menginjak 26 tahun, Schumi merupakan pembalap termuda sepanjang sejarah yang mampu meraup dua gelar juara dunia (sebelum dipecahkan oleh Fernando Alonso di tahun 2006).
1996—2009: Scuderia Ferrari
Reformasi dan pembangunan tim
Awal Agustus 1995, rumor kepindahan Schumi ke Ferrari ramai diperbincangkan oleh publik. Sebelumnya, ia juga sempat dihubung-hubungkan dengan McLaren, apalagi karena sewaktu ia muda, ia banyak dibimbing oleh Mercedes-Benz, yang kini memperkuat tim McLaren.
Akhirnya setelah lama bernegoisasi, Schumi setuju untuk pindah ke Ferrari yang saat itu terbilang sebagai tim dengan penampilan terburuk. Ia lantas di beri kebebasan oleh tim untuk menentukan siapa rekan setimnya. Ia lantas memilih Eddie Irvine. Selain itu, ia juga sempat menuntut agar Ferrari mau merekrut para mekaniknya di Benetton dulu seperti Ross Brawn dan Rory Byrne, tetapi baru di musim 1997-lah, Brawn dan Byrne bisa ditarik ke Ferrari.[39][40] Kuartet Schumi, Brawn, Byrne, dan Jean Todt kemudian menjadi kuartet terkuat dalam sejarah F1, seperti yang pernah dikatakan oleh Jackie Stewart.
Pada musim perdana di Ferrari (1996), Schumi hanya mampu menang tiga kali, selebihnya ia terhambat oleh mobil Ferrari karya John Barnard yang kurang kompetitif. Bahkan kekecewaannya memuncak di GP Perancis saat Ferrari yang ditungganginya meledak saat lap pemanasan, padahal ia start dari pole. Namun ia masih bisa menghibur publik Italia melalui kemenangan spektakuler di trek basah Barcelona dan di kandang Ferrari, Monza. Gelar juara dunia tahun 1996 diambil oleh rivalnya, Damon Hill dari Williams.
Pada 1997, dengan kedatangan Ross Brawn dan Rory Byrne, Schumi nyaris menjadi juara dunia, ia sangat kompetitif di musim tersebut. Sayang beberapa insiden yang melibatkan dirinya dengan Ralf Schumacher (di Nurburgring), dan yang paling menyakitkan dengan Jacques Villeneuve (di GP terakhir di Jerez) memupuskan impian Schumi untuk menjadi juara dunia.Bahkan akibat insiden Jerez, seluruh poin yang diraih Schumi di musim tersebut dihapus oleh FIA. Selain itu, Schumi pun dikenai hukuman community service selama 60 jam.
Pada 1998 ia mendapat rival baru (sebenarnya bukan baru), yaitu McLaren yang kali ini bangkit dari tidurnya bersama Mika Hakkinen. Dengan dukungan mobil karya Adrian Newey dan ban Bridgestone, Mika Hakkinen bersama McLaren mendominasi musim tersebut. Schumi bersama Ferrari (yang memakai ban Goodyear) bukannya tidak mampu melawan, tetapi beberapa insiden kembali mewarnai karier Schumi. Salah satunya adalah kasus ban bocor di balapan terakhir musim 1998 di Suzuka, Jepang.
Tahun 1999, Schumi mengawali musim dengan baik. Ia menang di San Marino dan Monaco. Namun di GP Inggris di Silverstone, ia mengalami kecelakaan hebat di lap pertama, dan harus beristirahat untuk beberapa bulan akibat patah kaki.[46] Menurut keterangan dari majalah F1 Racing, kecelakaan tersebut terjadi karena Schumi megerem secara mendadak mobilnya saat Ross Brawn memberitahukan bendera merah akibat insiden di grid. Sebagai usaha penyembuhan cedera kakinya, ia bersama Jean Alesi lantas bertemu dengan Paus Yohannes Paulus II di Vatikan. Rekan satu tim Schumi yaitu Eddie Irvine, kemudian tampil sebagai penantang gelar juara dunia, dimana ia nyaris mencuri gelar dari tangan Mika Hakkinen, namun gagal di balapan terakhir.Meskipun begitu, Ferrari berhasil menjadi juara konstruktor untuk pertama kalinya sejak 1983.
Kembali ke puncak
Di musim 2000, dengan ditemani oleh rekan setim yang baru, yaitu Rubens Barrichello, Michael Schumacher berhasil menang di tiga balapan awal yaitu di Australia, Brasil, dan San Marino. Memasuki pertengahan musim, Schumi sempat terlibat beberapa kecelakaan dengan Ricardo Zonta (di Austria) dan Giancarlo Fisichella (di Jerman), dan membuatnya harus turun peringkat ke posisi dua dalam klasemen. Namun lewat kemenangan hat trick di tiga balapan terakhir, ia akhirnya berhasil naik kembali ke posisi teratas klasemen, dan kemudian menjadi juara dunia bersama tim Ferrari di akhir musim (untuk pertama kalinya bagi Ferrari setelah 21 tahun).Ia juga menyamai rekor Ayrton Senna dengan menjuarai 41 lomba.Momen menarik di musim tersebut adalah pada saat GP Belgia. Ketika balapan tingga tersisa 3 lap lagi, ia disalip dengan menawan oleh Mika Hakkinen. Seusai balapan, tampak wajah Schumi lesu dan geram, terlebih Mika Hakkinen datang dan menjelaskan aksinya tersebut pada Schumi. Namun uniknya, hanya dua jam setelah perayaan podium ia bersama Hakkinen kemudian tertangkap basah sedang menghisap cerutu dan minum bir di motorhome Ferrari.
Musim 2001 menjadi era besarnya dominasi Ferrari, mulai dari Australia hingga Jepang. Ia menang mudah di Australia dan Malaysia. Kemudian setelah gagal di Brasil dan San Marino, Schumi kembali menang di Spanyol, dimana kemenangannya ia raih setelah Mika Hakkinen yang memimpin sampai lap terakhir tiba-tiba mengalami masalah mesin. Schumi yang berada di P2 (dan Juan Pablo Montoya di P3 bersama Jacques Villeneuve di P4) mendapatkan durian runtuh, dan sesaat setelah semua mobil masuk ke parc ferme, Schumi terlihat meminta maaf kepada Mika yang terlihat lesu atas kejadian tersebut. Michael kemudian memecahkan banyak rekor dan merebut gelar juara dunia untuk yang keempat kalinya di GP Hungaria, ketika masih ada empat balapan tersisa di musim itu. Ia menjadi pemegang rekor juara GP terbanyak, mengalahkan rekor Alain Prost yang pernah menang 52 kali. Kemudian di GP Italia, dengan masih diselimuti awan duka tragedi 11 September 2001, Schumi sebagai ketua Grand Prix Drivers Asociation lantas meminta semua pembalap untuk tidak menyalip di tikungan pertama dan kedua. Hanya tiga pembalap yang tidak setuju usulan Schumi tersebut, yaitu Jacques Villeneuve, Jenson Button, dan Enrique Bernoldi. Sepanjang balapan, Schumi pun terlihat tidak fokus, dan hanya finish di P4 di bawah rekan setimnya sendiri, Rubens Barrichello yang ada di P2.
Pada 2002, balapan F1 menjadi terasa lebih mudah bagi Schumi. Dengan bagusnya performa mobil Ferrari F2002 yang dikemudikan Schumi dan Rubinho, balapan demi balapan di musim 2002 menjadi mudah ditebak. Di Australia, dengan mobil lama F2001, Schumi berhasil menjadi juara. Setelah gagal di Malaysia, Ferrari kemudian meluncurkan F2002 di Brasil, dan Schumi pun lagi-lagi menjadi juara. Pada balapan tersebut Schumi menang tanpa kibasan bendera finish karena Pele yang berperan sebagai petugas pengibar bendera finish belum paham. Praktis setelah balapan memasuki GP San Marino, hanya dua pembalap Ferrari-lah yang terlihat sangat kompetitif. Bahkan ketika F1 baru menjalani 11 race (di Perancis), Schumi telah memastikan diri sebagai juara dunia 2002. Di sisa musim, Schumi kemudian membantu rekan setimnya sendiri, Rubens Barrichello agar bisa duduk di posisi kedua klasemen pembalap, dan usahanya ini berhasil.
Di musim 2003, Michael Schumacher menorehkan sejarah; ia berhasil menjadi pembalap satu-satunya yang merebut gelar juara dunia sebanyak enam kali. Meskipun ditahun tersebut dia harus berjuang sampai GP terakhir setelah mendapat perlawanan keras dari Kimi Raikkonen, Fernando Alonso, dan Juan Pablo Montoya. Sebelumnya di awal musim, Schumi bersama Ferrari mengawali musim 2003 dengan buruk.Schumi bahkan baru mencetak kemenangan di San Marino. Di balapan tersebut, ibunda Michael, Elizabeth, meninggal dunia tepat sesaat sebelum balapan. Michael menang balapan tersebut, dan kemenangannya kemudian didedikasikan untuk sang Bunda. Di balapan terakhir, di Suzuka, Jepang, Schumi hanya membutuhkan satu poin saja untuk menjadi juara. Di kualifikasi ia start di P14, sementara saingan utamanya, Kimi Raikkonen start di P2. Schumi kemudian berhasil naik ke P8 dan mengamankan gelar juaranya, dengan dibantu Barrichello yang berhasil memenangi lomba dan menahan Raikkonen agar tetap diam di posisi kedua. Malamnya setelah balapan, Schumi melakukan tindakan memalukan, yang apesnya tersorot media. Di sebuah hotel dirinya kemudian kepergok oleh media sedang melempar TV dan kulkas kecil dari kamar hotel dikarenakan mabuk.
Musim 2004 prestasi Ferrari kembali meningkat seperti musim 2002, Schumi kembali menjadi juara dunia dengan mudah. Bahkan Ferrari seakan tanpa lawan karena baik Schumi dan Rubens Barrichello selalu mendominasi podium balapan dengan mudah. Ferrari di tahun itu hanya kalah di Monaco (oleh Jarno Trulli – Renault), Spa (oleh Kimi Raikkonen – McLaren), dan Interlagos (oleh Juan Pablo Montoya – Williams). Dengan gelar juara dunia di musim 2004 ini, Schumi kembali mempertajam rekornya sebagai satu-satunya pembalap F1 yang mampu meraup tujuh kali gelar dunia.
Berjuang di papan atas
Pada 2005, Schumi seakan loyo, dikarenakan performa ban Bridgestone yang sedikit lebih buruk dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meskipun Ferrari telah menyiapkan diri dengan baik, namun hal itu tampaknya tidak diikuti oleh ban yang bagus dari Bridgestone. Di tiga balapan awal Ferrari memakai mobil F2004, baru kemudian di San Marino Ferrari menurunkan mobil baru F2005. Secara mengejutkan di balapan tersebut Schumi tampil melejit, dan ia bisa saja menang kalau tidak tertahan Jarno Trulli di awal balapan. Sepanjang musim berjalan, Schumi hanya menang di Amerika Serikat, itupun karena balapan hanya diikuti enam mobil (semuanya berban Bridgestone).Sementara semua tim lawan yang memakai Michelin memutuskan mundur dari lomba karena alasan keamanan. Di akhir musim Schumi berada di posisi tiga klasemen akhir di bawah Fernando Alonso (Renault) dan Kimi Raikkonen (McLaren).
Ferrari mulai memperbaiki diri di musim 2006. Schumi pun mendapat rekan setim yang baru, yaitu Felipe Massa. Regulasi ban pun berubah, dengan kembali mengikuti format di musim 2004 dan sebelumnya, dan ini memberi peluang Bridgestone untuk membuat ban yang lebih bagus.Schumi pun berpeluang meraih gelar kedelapan apabila mesin Ferrari-nya tidak meledak di Jepang. Schumi kemudian mengumumkan bahwa ia akan pensiun diakhir 2006 dan Kimi Raikkonen akan menggantikan posisinya di 2007. Balapan terakhir Schumi bersama Ferrari di Brasil dipenuhi isak tangis jutaan fans F1 di seluruh dunia (baik yang suka ataupun benci padanya). Sadar tidak bisa meraih gelar kedelapannya setelah gagal di Jepang, Schumi mempertontonkan aksi terbaiknya. Start dari posisi 10 dan terlempar ke belakang akibat ban bocor, Schumi mampu menyikat semua lawannya hingga posisi empat. Balapan sendiri akhirnya dimenangi rekan setimnya, Felipe Massa.
Duta Ferrari
Setelah pensiun dari pekerjaan sebagai pembalap Formula 1 di akhir 2006, Schumi masih aktif di F1 sebagai duta dan konsultan Ferrari secara tidak resmi. Sesekali dia pun datang ke sirkuit untuk melihat bagaimana perkembangan tim Ferrari pasca dirinya pensiun. Sebagai wujud penghargaan, walikota Maranello kemudian mengabadikan nama Schumi sebagai nama salah satu jalan di sana. Ia menjadi pembalap Ferrari kedua setelah almarhum Gilles Villeneuve yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Maranello.[69] Selain itu, PM Italia, Silvio Berlusconi, mengangkat Schumi sebagai duta besar kehormatan Italia. Uniknya di negara asal Michael, Jerman, pemerintah setempat masih ragu untuk memberikan penghargaan bagi Schumi, karena dirasa ia jarang tinggal di Jerman. Walaupun begitu, sebuah museum di kota kelahiran Schumacher bersaudara, Kerpen, telah didirikan untuk mengenang prestasi Michael dan Ralf.
Pertengahan 2009, dengan diawali kecelakaan mengerikan yang menimpa Felipe Massa di GP Hungaria, pihak Ferrari sempat meminta agar Schumi kembali membalap mendampingi Kimi Raikkonen. Schumi pun tampak antusias dengan hal ini dan ia lantas mencoba mobil Ferrari F2007 di Mugello. Berita kembalinya Schumi membalap ini lantas di sambut gembira oleh Bernie Ecclestone, Fernando Alonso, Lewis Hamilton, dan Jenson Button.Tetapi saat Schumi menjalani tes kesehatan, dokter lantas mengumumkan bahwa Schumi belum layak untuk bisa kembali membalap yang sedianya akan dilakukan mulai GP Eropa, karena di bagian leher Schumi ditemukan bekas luka kecelakaan balapan motor Superbike yang masih belum sembuh dengan benar. Akhirnya tim Ferrari kemudian memutuskan untuk menurunkan Luca Badoer dan kemudian Giancarlo Fisichella sampai akhir musim 2009.
2010—kini: Mercedes Grand Prix
Akhir musim 2009 nama Schumi kembali disebut-sebut akan kembali ke ajang F1 untuk musim 2010, namun kali ini bukan dengan tim Ferrari, melainkan dengan tim Mercedes GP yang dikomandani oleh teman karibnya, Ross Brawn. Eddie Jordan kemudian sempat berujar bahwa 75% Schumi akan kembali di 2010, dan kemudian Presiden Ferrari Luca Montezemolo menyatakan bahwa tim Ferrari mengikhlaskan Schumi kembali ke F1 walaupun bukan dengan tim Ferrari. Setelah lama menjadi spekulasi, akhirnya didapatkan kepastian bahwa Schumi akan kembali ke F1 pada 2010 bersama tim Mercedes, dan ia akan bertandem bersama Nico Rosberg. Schumi sendiri dikontrak oleh tim Mercedes GP selama tiga musim dari 2010 sampai akhir 2012.
Pada balapan comeback pertamanya di Bahrain Schumi harus puas dikalahkan rekan setimnya sendiri Nico Rosberg yang mampu finish satu posisi diatas Schumi di P5. Selanjutnya di beberapa balapan, Schumi tampil angin-anginan dan kalah jauh dibandingkan Rosberg yang mampu meraih dua kali podium berurutan di Malaysia dan China. Selain itu dua kali juga Schumi membuat ulah saat balapan, yang pertama adalah saat ia menyalip Fernando Alonso secara ilegal di Monako yang berujung pada penalti penambahan waktu balapan Schumi sebanyak 20 detik dan yang paling heboh adalah saat ia memepet dan mencoba mencelakakan Rubens Barrichello di Hongaria yang berujung pada penalti turun posisi 10 grid di Belgia. Meskipun tampil biasa saja sepanjang musim 2010 dan kerap kali disarankan untuk mengundurkan diri saja dari F1 oleh Damon Hill dan Alain Prost, dan bahkan sempat digosipkan akan digantikan oleh Adrian Sutil atau Kimi Raikkonen untuk musim 2011, Schumi memastikan ia akan tetap membalap untuk tahun 2011 dan mengklaim ia akan menjadi penantang gelar serius di tahun tersebut. Schumi harus puas finish di P9 klasemen dengan 72 poin, dan untuk pertama kalinya sepanjang sejarah kariernya, Schumi gagal membukukan satu kemenangan, podium, lap tercepat, dan bahkan juga pole position di musim 2010 ini.
Musim 2011 kembali menjadi musim penuh perjuangan bagi Schumi setelah dirinya gagal finish di Australia akibat terlibat insiden. Ia lantas berhasil finish P9 di Malaysia dan kemudian berlanjut dengan finish P8 di Cina dimana ia sempat bertarung keras dengan Fernando Alonso di pertengahan lomba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar